أهلا وسهلا ومرحبا بقدومكم أيها الإخوة الأعزاء

Selamat Datang di Blog Pembelajaran Bahasa Arab dan Kajian Keislaman ...... Mari Mengaji dan Berdiskusi Bersama ........ Semoga dapat Memberikan Manfaat yang Sebesar-besarnya bagi Para Pembaca dan Blogers

Selasa, 02 Februari 2010

Arab Pra Islam

ARAB SEBELUM ISLAM DAN INFUSI ISLAM 
Oleh : Taufik  
A.Latar Belakang 
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis yang yang cukup strategis membuat Islam yang diturunkan di makkah menjadi cepat disebarluaskan ke berbagai wilayah disamping juga didorong oleh faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang dilakukan umat Islam dan bahkan bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan diantaranya Saba’, Ma’in dan Qutban serta Himyar yang semuanya berasa di wilayah Yaman. Di sisi lain, kenyataan bahwa al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan diturunkan dalam konteks geografis Arab, mengimplikasikan sebuah asumsi bahwa suatu pemahaman yang komprehensif terhadap al-Qur’an hanya mungkin dilakukan dengan sekaligus melacak pemaknaan dan pemahaman pribadi, masyarakat dan lingkungan mereka yang menjadi audiens pertama al-Qur’an, yaitu Muhammad dan masyarakat Arab saat itu dengan segala kultur dan tradisinya. Dan untuk memiliki pengertian yang sebenar-benarnya tentang asal mula Islam, maka satu hal yang perlu diketahui adalah bagaimana keadaan Arab sebelum adanya Islam, Muhammad, dan sejarah Islam terdahulu.
 
B. Masyarakat Arab sebelum Masuknya Islam 1. Kondisi Sosial Ekonomi Arab Pra Islam Bangsa Arab termasuk rumpun dari bangsa Caocasoid dalam sebuah ras mediterranean yang meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia dan Irania. Bangsa Arab memiliki pola hidup yang berpindah-pindah karena tanahnya terdiri dari gurun pasir, mereka berpindah-pindah mengikuti tumbuhnya stepa (padang rumput yang tumbuh secara sporadis di tanah Arab) di sekitar oasis (genangan air setelah turun hujan). Risalah yang dibawa Muhammad memiliki keterkaitan yang erat dengan milie dunia perniagaan masyarakat perkotaan Arab ketika itu. Tanah air pertama Islam, Makkah, merupakan pusat perniagaan yang sangat makmur. Sementara tanah air keduanya, Yatsrib - atau kemudian berganti nama dan lebih populer dengan Madianah – adalah oase kaya yang juga merupakan kota niaga. Sekalipun tidak sebesar Makkah Madinah memiliki peran sentral yang amat vital dalam evolusi eksternal misi kenabian Muhammad SAW, namun milie komersial Makkahlah yang tampaknya paling mendominasi ungkapan-ungkapan al-Qur’an. Pada penghujung abad ke-6, para pedagang besar kota Makkah telah memperoleh kontrol monopoli atas perniagaan yang lewat bolak-balik dari pinggiran pesisir barat Arabia ke Laut Tengah. Kafila-kafilah dagang yang biasanya pergi ke selatan di musim dingin dan ke utara di musim panas, dirujuk dalam al-Qur’an (106:2). Rute ke selatan adalah Yaman, tetapi biasanya juga diperluas ke Abisinia. sementara rute ke utara adalah ke Siria. Ditangan kafilah-kafilah dagang inilah orang-orang Makkah mempertaruhkan eksistensinya yang asasi. Di lembah kota Makkah yang tandus pertanian maupun peternakan adalah impian indah di siang bolong kota ini sangat bergantung pada impor bahan makanan. karena itu, kehidupan ekonominya yang khas adalah di bidang perniagaan dan kemungkinan besar hanya bersifat moniter. Dan ciri-ciri utama tatanan sosial Arab sebelum Islam adalah sebagai berikut: 1. Mereka menganut faham kesukuan 2. mereka memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang terbatas karena faktor keturunan lebih penting dari pada kemampuan. 3. mereka mengenal hirarkhi sosial yang kuat 4. mereka cendrung merendahkan kedudukan perempuan Empat bersaudara anggotaa suku Quraisy dari keluarga Abd al-Manaf – Hasyim, al-Muththallib, Abd al-Syam dan Naufal – dikabarkan telah memperoleh jaminan keamanan dari sejumlah penguasa-penguasa Bizantium, Persia, Abisinia dan Himyari. Hasyim dilaporkan memperolah jaminan keamanan dari sejumlah penguasa, termasuk dari Qasyhar Bizantium; Al-Muththallib juga memperoleh perjanjian yang sama dari penguasa Yaman; Abd al-Syams mendapatkannya dari penguasa Abisinia; dan Naufal memperolehnya dari Kisra Persia. Jaminan keamana sejenis juga diperoleh dari suku-suku Arab di sepanjang perjalanan keempat bersaudara anggota suku Quraisy itu. Jadi, bisa dikatakan bahwa Imperium niaga orang-orang Makkah dalam kenyataannya dibangun keluarga Abd Manaf lewat fakta-fakta perniagaan mereka. Supremasi kaum Quraisy di dunia perniagaan, dalam kenyataannya, memiliki fondasi religius. Mereka berdiam di dalam suatu kawasan yang di pandang suci seluruh suku Arab. Suku-suku ini bahkan rela meregang nyawa mempertahankan gagasan tentang kesucian makkah. Lebih jauh mereka juga merupakan penjaga ka’bah, dengan ”batu hitam’ (al-h}ajar al-aswad) beserta segala berhala di dalamnya, yang merupakan tempat suci yang diziarahi orang dari berbagai penjuru Arabia Barat. Jadi, ka’bah jelas merupakan tempat suci yang memiliki posisi sentral bagi suku-suku di Arabia Barat, dan hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi aktivitas niaga yang dijalankan orang-orang makkah.  

C. Kehidupan Keagamaan Masyarakat Arab sebelum Islam
Sebelum Islam penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam, dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideolgi, keyakinan keagamaan. Agama-agama yang ada pada saat itu antara lain : 1. Yahudi. Agama ini dianut orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Jazirah Arab. Daerah Madinah, Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima’ menjadi pusat penyebaran pemeluknya. Yaman juga dimasuki ajaran ini, bahkan Raja Dzu Nuwas Al Himyari juga memeluknya. Bani Kinanah, Bani Al Haarits bin Ka’ab dan Kindah juga menjadi wilayah berkembangnya agama Yahudi ini. 2. Nashara (Kristen). Agama ini masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al Munadzirah. Ada beberapa gereja besar yang terkenal. Misalnya, gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj dan Haaroh Maryam. Demikian juga masuk di selatan Jazirah Arab dan berdiri gereja di Dzufaar. Lainnya, ada yang di ‘And dan Najran. Adapun di kalangan suku Quraisy yang menganut agama Nashrani adalah Bani Asad bin Abdil Uzaa, Bani Imri-il Qais dari Tamim, Bani Taghlib dari kabilah Rabi’ah dan sebagian kabilah Qudha’ah. 3. Majusiyah Sebagian sekte Majusi masuk ke Jazirah Arab di Bani Tamim. Diantaranya, Zaraarah dan Haajib bin Zaraarah. Demikian juga Al Aqra’ bin Haabis dan Abu Sud (kakek Waki’ bin Hisan) termasuk yang menganut ajaran Majusi ini. Majusiyah juga masuk ke daerah Hajar di Bahrain. 4. Syirik (Paganisme). Kepercayaan dengan menyembah patung berhala, bintang-bintang dan matahari yang oleh mereka dijadikan sebagai sesembahan selain Allah. Penyembahan bintang-bintang juga muncul di Jazirah Arab, khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah, mayoritas Bani Lakhm, Khuza’ah dan Quraisy. Sedangkan penyembahan matahari ada di negeri Yarnan. 5. Al Hunafa’ Meskipun pada waktu hegemoni paganisme di masyarakat Arab sedemikian kuat, tetapi masih ada beberapa orang yang dikenal sebagai Al Hanafiyun atau Al Hunafa’. Mereka tetap berada dalam agama yang hanif, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta menunggu datangnya kenabian. Diantara beberapa agama / kepercayaan tersebut yang paling terkenal adalah penyembahan terhadap berhala yang jumlahnya mencapai lebih dari 360 buah, sehingga menyesaki lingkungan Ka’bah. Dan setiap qabilah di Arab memiliki berhala sebagai sesembahan mereka sendiri-sendiri. Di antara berhala yang paling populer di kalangan mereka ialah : 1. Wadd. Adalah nama patung milik kaum nabi Nuh yang berasal dari nama seorang shalih dari mereka. Ditemukan kembali oleh Amru bin Luhai di Jeddah dan diberikan kepada Auf bin ‘Adzrah dan ditempatkan di Wadi Al Quraa di Dumatul Jandal dan disembah oleh bani kalb bin Murrah. Patung ini ada sampai datangnya Islam kemudian dihancurkan Khalid bin Walid dengan perintah Rasulullah. 2. Suwaa’ (Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Mudhor bin Nizaar dan diserahkan kepada bani Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar 3 mil dari Makkah. 3. Yaghuts (Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Na’im bin Umar Al Muradi dari Majhaj dan ditempatkan di Akmah atau Jarsy di Yaman, disembah oleh bani Majhaj dan bani An’am dari kabilah Thaiyi’. 4. Ya’uq (Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Hamadan dan ditempatkan di Khaiwaan, disembah oleh orang-orang Hamadan. 5. Nasr (Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Himyar dan ditempatkan di Saba’ disembah oleh bani Dzi Al Kilaa’ dari kabilah Himyar dan sekitarnya. 6. Manaah (Adalah salah satu patung berhala yang ditempatkan di pantai laut dari arah Al Musyallal di Qadid antara Makkah dan Madinah. Patung inisangat diagungkan oleh suku AlAus dan Al Khazraj. Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menghancurkannya pada penaklukan kota Makkah. 7. Laata (Laata adalah kuburan orang shalih yang ada di Thaif yang dibangun dengan batu persegi empat. Bangsa Arab seluruhnya sangat mengagungkannya dan sekarang tempatnya adalah di menara masjid Thaif. Ada yang mengatakan bahwa Laata adalah nama seorang yang membuat masakan Sawiiq untuk jamaah haji, lalu ia meninggal kemudian kuburannya disembah. Ketika bani Tsaqif masuk Islam maka Rasulullah mengutus Al Mughiroh bin Syu’bah untuk menghancurkannya dan kuburan ini dibakar habis. 8. Al ‘Uzza (Al ‘Uzza adalah satu pohon yang disembah. la lebih baru dari Al Laata, ditempatkan di Wadi Nakhlah di atas Dzatu ‘Irqin. Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza. Berhala ini sangat diagungkan Quraisy dan Kinanah. Ketika Rasulullah menaklukan Makkah, beliau mengutus Khalid bin Al Walid untuk menghancurkannya. Ternyata ada tiga pohon dan ketika dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam berambut kusut dalam keadaan rneletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan taringnya. Di belakangnya, ada juru kuncinya. Kemudian Khalid penggal lehernya dan pecah, ternyata ia adalah seekor merpati, lalu Khalid bin Al Walid membunuh juru kuncinya. 9. Hubal (Merupakan patung yang paling besar di Ka’bah. Diletakkan di tengah Ka’bah. patung ini terbuat dari batu ‘aqiq merah dalam rupa manusia. Dibawa ‘Amru bin Luhai dari Syam. Isaaf dan Naailah (Dua patung berhala yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua patung ini berasal dari sepasang orang Jurhum yang masuk ke Ka’bah dan berbuat fujur, lalu dikutuk menjadi dua batu, seiring perjalanan waktu, keduanya disembah. 10. ‘Am Anas atau ‘Amiya Anas (Ini adalah berhala Bani Khaulaan. Mereka membagi-bagi hasil ternak dan pertaniannya menjadi dua bagian; sebagian untuk Allah dan sebagian untuk berhalanya ini. 11. Sa’ad (Ini adalah berhala milik Bani ‘Mulkaan bin Kinaanah. 12. Dzul Khalashah (Ini adalah berhala milik kabilah Khats’am, Bajilah dan Daus yang berada di Tubaalah, daerah antara Makkah dan Yaman. Begitulah gambaran keadaan agama di Jazirah Arabiyah sebelum datangnya Islam. Mereka masih mengimani rububiyah Allah dan menganggap Allah sebagai sesembahannya juga dan sebagai Dzat Pencipta. Sumber kepercayaan tersebut adalah risalah samawiyah yang yang dikembangkan dan disebarkan di jazirah Arab terutama risalah nabi Ibrahim dan Ismail.
 
D. Kebudayaan Arab Pra Islam
Wilayah Timur Tengah menurut Ali Mufrodi meliputi Turki, Iran, Israel, Libanon, Yordania, Syiria, Mesir dan kerajaan-kerajaan yang ada di kawasan Teluk Persia. Turki yang berbudaya Turki dan Iran yang berbudaya Persia tidak dianggap berkebudayaan Arab karena memiliki kebudayaan sendiri-sendiri demikian juga Mesir yang sudah memiliki budaya Firaun, sedangkan yang masuk kawasan kebudayaan Arab terdiri dari Timur Tengah Afrika Utara seperti Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libia. yang menurut Haekal antara budaya dan peradaban tersebut tidak pernah saling mempengaruhi perkembangannya kecuali setelah adanya akulturasi dan asimilasi dengan peradaban Islam. Meskipun belum terdapat sistem pendidikan, masyarakat Arabia pada saat itu tidak mengabaikan kemajuan kebudayaan. Mereka sangat terkenal kemahirannya dalam bidang sastra yaitu bahasa dan syair. Bahasa mereka sangat kaya sebanding dengan bahasa Eropa sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arabia di bidang bahasa merupakan kontribusi mereka yang cukup penting terhadap perkembangan dan penyebaran agama Islam.
 
E. Situasi Politik Arab Pra Islam
Sebelum kelahiran islam, ada tiga kekuatan politik besar yang perlu dicatat dalam hubungannya dengan Arab; yaitu kekaisaran Nasrani Byzantin, kekaisaran Persia yang memeluk agama Zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab bagian selatan. Setidaknya ada dua hal yang bisa dianggap turut mempengaruhi kondisi politik jazirah Arab, yaitu interaksi dunia Arab dengan dua adi kuasa saat itu, yaitu kekaisaran Byzantin dan Persia serta persaingan antara yahudi, beragam sekte dalam agama Nasrani dan para pengikut Zoroaster. Tradisi kehidupan gurun yang keras serta perang antar suku yang acap kali terjadi ini nantinya banyak berkaitan dalam penyebaran ide-ide Islami dalam al-Qur’an, seperti ”jihad”, ”sabar”, ”persaudaraan” (ukhuwwah), persamaan, dan yang berkaitan dengan semua itu. Pada masa sebelum islam yamg diajarkan disebar luaskan ke bangsa arab oleh Rasulullah SAW, orang arab sering kali terjali peperangan antar suku diantaranya dikenak dengan perang fujjar karena terjadi beberapa akali antar suku, yang pertama perang antara suku kinanah dan hawazan, kemuadian quraisy dan hawazan serta kinanah dan hawazan lagi. Dan peperangan ini nterjadi 15 tahun sebelum rasul diutus. Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Romawi Timur – dengan ibu kota Konstantinopel - merupakan bekas Imperium Romawi dari masa klasik. Pada permulaan abad ke-7, wilayah imperium ini telah meliputi Asia kecil, Siria, Mesir dan sebagian daeah Itali serta sejumlah kecil wilayah di pesisir Afrika Utara juga berada di bawah kekuasaannya. Saingan berat Bizantium dalam perebutan kekuasaan di Timur Tengan adalah persia. Ketika itu, imperium ini berada di bawah kekuasaan dinasti Sasanid (sasaniyah). Ibu kota persia adalah al-Madana’in, terletak sekitar dua puluh mil di sebalah tenggara kota bagdad yang sekarang. Wilayah kekuasaannya terbentang dari Irak dan Mesopotamia hingga pedalaman timur Iran dewasa ini serta Afganistan. Menjelang lahirnya Nabi Muhammad SAW, penguasaan Abisinia di Yaman – Abraham, atau lebih populer di rujuk dalam literatur Islam sebagai Abrahah – melakukan invasi ke Makkah, tetapi gagal menaklukkan kota tersebut lantara epidemi cacar yang menimpa bala tentaranya, Ekpedisi ini- merujuk Alquran dala msurat 105 pada prinsipnmya memiliki tujuan yang seacar sepenuhnya bearda didlam kerangkapolitik internasional ketika itu. yaitu upaya Bizantyum untuk menyatukan suku-suku Arab dibawah pengaruhnya guna menantang Persia. sementara para sejarawan muslim menambahkan tujuan lain untuknya. Menurut mereka ekpedisi tersebut- terjadi kira-kira pada 552- dimaksudkan untuk menghancurkan Ka’bah dalam rangka menjadikan gereja megah di San’a, yang dibangun Abrahah, sebagai pusat ziarah pusat keagamaan di Arabia.

F. Infusi Arab Pra Islam terhadap Islam
Umar bin Khttab berkata لا يعرف الإسلام من لم يعرف الجاهلية (Seseorang tidak akan dapat mengetahui Islam secara komprehensip tanpa mengenal kehidupan pada masa jahiliyah). Ungkapan ini cukup beralasan karena masa jahiliyah pada dunia arab merupakan masa dimana Islam yang dibawa Muhammad dikenalkan di masyarakat Arab, sehingga kita tidak akan dapat mampu mengungkap dan mengetahui islam dari berbagai segi jika tidak bisa mengenal dan memahami sejarah jahiliyah secara benar. Ungkapan jahiliyah dapat diartikan dengan dua hal; jahiliyah yang memiliki arti zaman kebodohan kebalikan dari pandai, ini merupakan pengertian yang ditinjau secara akal, sedangkan jika tilihat dari sisi kejiwaan dan kepribadian, jahiliyah berarti orang yang keras hati dan tidak dapat menerima kebenaran, hanya saja mereka tidak pernah menyebutkannya dalam kesehariannya sebagai orang jahiliyah dan julukan ini deberikan oleh Allah dalam al-qur’an yang merupaka sifat yang pertama kali diberikan kepada orang arab sebelum islam datang. Secara definitive arti jahiliyah adalah mengingkari kebenaran adanya Tuhan dan mengikuti pada selain jalan Tuhan. Orang arab dahulu memiliki pola pikir yang sempit akan tetapi memiliki hawa nafsu yang sangat kuat sehingga tidak dapat dipungkiri bagaimana kondisi psikis dan pola pikirnya ketika pertama kali menedengar bahwa Muhammad diutus menjadi rasul akan tetapi sedikit-demi sedikit pemahaman dan pola pikir jahiliyah yang awalnya kaku ketiak Islam datang mulai disadarkan dan angkat pada derajat yang lebih baik. Pernah bertanya seperti apakah Mekah sebelum Muhamad lahir? Ya, kota Mekah ini merupakan kota yang sangat menarik, yang adalah sebuah kota pusat perdagangan, juga tempat dimana dari berbagai budaya melebur jadi satu, seakan tidak ada perbedaan. Para pedagang atau saudagar disana pun banyak yang berbeda agama. Kaum Quraish disana memuja Hubal, Al-ilah, dan tiga anak perempuan Al-ilah. Sebuah batu hitam yang berasal dari surga mempunyai penghargaan tinggi dan ditempatkan disudut Ka’abah, yang mana Ka’abah merupakan pusat pemujaan 360 berhala menurut. Dalam Ensiklopedia Islam (edisi Eliade) mengatakan orang-orang, Islam terdahulu, bersembahyang lima waktu menghadap ke Mekah dan berpuasa selama setengah hari dalam sebulan penuh. Kaum Quraish juga berpuasa, yaitu setiap tanggal 10 Muharram. Muhamad pun memerintahkan yang sama juga, namun kemudian hari hal tersebut merupakan suatu pilihan. Arab sebelum adanya Islam mengadakan ziarah/naik haji (umrah) ke Mekah. Dalam kitab Fiqh al-Sunnah mengatakan mereka yang tidak melakukan ’Umrah’ adalah dosa terbesar di bumi. Di Mekah mereka menutupi Ka’abah dengan kain dan mereka mempunyai bulan suci dimana tidak ada perang sebelum Islam. Khususnya, diantara berhala yang dipuja di Mekah, salah satu disebut “Allah”. Berhala yang istimewa ini adalah Tuhan/dewanya suku bangsa Quraish, dan mempunyai tiga anak perempuan. Jika dibandingkan dengan empat dari lima rukun Islam, Orang Mekah sebelum Muhammad ada berpuasa di hari yang sama, memberi sedekah mereka, berdoa menghadap ke Mekah, dan melakukan naik haji (umrah) ke Mekah. DAFTAR PUSTAKA Al-A’zami, M.M, The History The Qur’anic Text, Jakarta : Gema Insani, 2005. Abu Faaris, Abdul Qadir, Al-Sirah An Nabawiyah Fi Dhu’i Al Mashadir Al-Ashliyah. Al-Kalbi, Hisha>m Ibn, Kita>b al-As}na>m, edited by Ahmad Zaki Pasha, (Kairo: tp, 1927). Ali, Jawad, Tarikh al-Arab Qabl al-Islam, (Iraq: Matba' al-Ilm al-Iraqi, 1955),Vol. V. Al-Alusi, Sayyid Mahmud Shakir, Bulugh al-Irb-fi Ahwal al 'Arab (Kairo, tp, tt.) Vol. II. Al-Ghazali, Muhammad, Fiqh al-Sirah (Kairo: dar alkutub al-hadithah, 1976). CD Program, Al-Maktabah al-Sha>milah, S{ah}ih{ al-Bukha>ri> Encyclopaedia of Religion and Ethics, Article "Ancient Arab", Vol. 1, 661. Faiz, Fahruddin, Hermeneutika Al-Qur’an, Yogyakarta : el-SAQ Press, 2005 http://moenawar.multiply.com/journal/item/7-_ftnref1 Fahruddin Faiz, Hermeneutika Al-qur’an, Yogyakarta : el-SAQ Press, 2005 http://moenawar.multiply.com/journal/item/7-ftnref2 Pangabean, Samsul Rizal, Rekontruksi Sejarah Al-Qur’an, Yogyakarta : FKBA, 2001 http://moenawar.multiply.com/journal/item/7-ftnref4 Al-Azami, M.M, The History The Qur’anic Text, Jakarta : Gema Insani, 2005 http://moenawar.multiply.com/journal/item/7-ftnref5 Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993 http://www.muslimhope.com/Indonesian/AsalMulaIslam_OriginsOfIslam_Indonesian.htm (Pebruari 2005) http://blog.vbaitullah.or.id/2006/07/09/754-keadaan-keagamaan-bangsa-arab-sebelum-terbitnya-islam-22/ (10 Sept 2008) Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1997) Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004) Kathi>r, Ibn, al-Bida>ya wa al-Niha>ya (Cairo: 1932), Vol. II. Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos, 1997). Moenawwar Khaliel, “Ulumul Qur'an; Kondisi Arab pra Islam”, dalam http://moenawar.multiply.com/journal/item/7-_ftn5 (22 April 2008) Panggabean, Samsul Rizal, Rekontruksi Sejarah Al-Qur’an, Yogyakarta : FKBA, 2001. Philip K. Hitti, The Arabs: A Short History (Washington, D.C., Regnery Gateway, 1985) Qutub, Muhammad, Kaifa Naktub al-Ta>ri>kh al-Isla>mi> (Beirut: Dar al-Syuruq, 1992). Ridha, Muhammad, Tarikh al-Insaniyah wa Abtaluha (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1987). Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada. iiim

2 komentar:

  1. Artikelnya menraik, Ustad...
    Sangat bermanfaat bagi para mahasiswa Bahasa Arab.

    Oya, kalau bisa widget followernya diaktifkan, biar para mahasiswa bisa follow, sehingga bisa berlangganan update postingannya...

    Salam sukses, Ustad...

    BalasHapus
  2. Subhanallah,artikel semacam sangat bermanfaat, terutama bagi mahasiswa. di akhir artikel ada disebutkan daftar buku bacaan. tapi alangkah lebih baik lagi kalau dilengkapi dengan footnote. trimk. semoga Allah membalas kebaikannya

    BalasHapus

Silahkan kirim komentar mengenai artikel yang saya tulis